LAPORAN
STRUKTUR TUBUH DAN FUNGSI AMBING, LIMPA, GINJAL
PADA HEWAN SAPI
PEMBIMBING :
Bapak Urip Santoso
OLEH :
YANUAR
RAMADHAN
|
AGRIBISNIS
SAPI PERAH Batch II
PT.
ULTRA JAYA MILK TRADING COMPANY, Tbk. JOINT PROGAM PPPPTK PERTANIAN CIANJUR DAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, kami
bisa menyusun laporan ini.
Ucapan
terimakasih tentulah tak lupa kami ucapkan kepada pihak –pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.
Ucapan
terimakasih khususnya kami sampaikan kepada:
1. Bapak
Bapak Urip Santoso selaku dosen
pembimbing mata kuliah Biologi Terapan.
2. Orangtua
yang selalu memberi dukungan material maupun spiritual.
3. Rekan-rekan
seperjuangan selaku pemberi motivasi dan semangat.
Kami
menyadari bahwa laporan yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Semoga
laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk diri kami khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………………….....
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………………….…. 1
A.
LATAR BELAKANG
.........................................................................................
1
B.
TUJUAN
.........................................................................................................
2
C.
MANFAAT
......................................................................................................
2
BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................
3
A. STRUKTUR
AMBING
........................................................................................
3
B. STRUKTUR
LIMPA ............................................................................................
6
C. STRUKTUR
GINJAL
...........................................................................................
7
BAB III PENUTUP
……………………………………………………………………………………………... 11
A. KESIMPULAN
............................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kelenjar mamae merupakan
modifikasi kelenjar sudoriferosa. Kelenjar tersebut berkembang di sepanjang
garis susu. Kulit ambing ditutupi rambut halus, tetapi puting sama sekali tidak
tertutup rambut. Pemisahan ambing menjadi dua bagian kearah ventral ditandai
dengan adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermamae. Ambing sapi dapat
menentukan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
Ambing terdiri atas dua bagian yaitu bagian sebelah kanan dan
bagian sebelah kiri yang dipisahkan oleh selaput pemisah yang tebal dan
terletak memanjang badan sapi dan membantu melekatkannya ambing pada tempatnya.
Bagian ambing dibagi atas kuartir depan dan kuartir belakang yang dibatasi oleh
jaringan pengikat yang tipis dan tiap perempatan ambing itu mempunyai saluran tempat
keluarnya air susu yang disebut puting, rongga puting melebar ke arah rongga
ambing (udder sistern). Dua kuartir depan biasanya berukuran 20% lebih kecil
dari kuartir ambing bagian belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan
yang lainnya. Ambing sapi di bagian luar terbungkus oleh dinding luar yang
disebut ligamentum suspensorium lateralis sedangkan di bagian dalam ambing
terpisah menjadi bagian kanan dan kiri oleh suatu selaput pemisah tebal yang
berjalan longitudinal dan menjulur ke atas bertaut pada dinding perut yang
disebut ligamentum suspensorium medialis. Fine membrane merupakan membran
diantara keempat bagian kuartir ambing. Inter mammary groove terbentuk saat
ligamentum suspensorium lateralis bertemu dengan ligamentum suspensorium medialis.
Limpa adalah struktur terbesar dalam
sistem limfoid, limpa adalah organ seperti kelenjar yang terletak di perut kiri
atas. Organ ini berfungsi sebagai reservoir darah, memproduksi limfosit dan sel
plasma, dan berfungsi sebagai “filter” untuk darah yang rusak dengan
menghapus sel darah merah dari peredaran.
Ginjal adalah organ ber vaskularisasi
tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah cardiac output. Masing-masing
ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam fetus sejak usia 35
minggu kehamilan.1 Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu
glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang berfungsi
sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan
ultrafiltrat dari glomerulus
B.
TUJUAN
Untuk
mengetahui struktur dari ambing, limpa, dan ginjal pada hewan sapi serta
mengetahui fungsi dari masing-masing struktur.
C.
MANFAAT
§ Dapat
mengetahui struktur ambing, limpa, dan ginjal pada hewan sapi.
§ Dapat
mengetahui fungsi dari masing-masing struktur.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
D. STRUKTUR
AMBING
1.
Anatomi Dan Fisiologi
Ambing
Ambing merupakan karakteristik utama pada semua
Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan sebagi kelenjar
eksokrin. Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah
lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah
beranak. Berbagai hormon yang menentukan reproduksi juga mengatur ambing.
Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi adalah bagian integral dari
reproduksi.
2.
Eksternal Ambing
Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat bagian
terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh
sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir
depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari
samping, dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke
dinding tubuh perut. Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar,
dan tiap kuartir sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti
produktivitas seumur hidup dan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk
menilai sapi perah pada pameran ternak dan penilaian klasifikasi
bangsa.
Susu
dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting, puting susu berbentuk
silindris atau kerucut yang berujung tumpul. Puting susu belakang
biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan mesin
perah putting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang
panjang, karena milk-flow rate-nya lebih cepat, dengan perkataan
lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada puting pendek.
Sifat terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1) ukuran sedang, (2)
penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang
puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.
3.
Internal Ambing
Ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur
penunjang. Struktur penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf,
sistem saluran untuk menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori
bakal alveoli.
a. Jaringan Penunjang
Kulit Walaupun
perananan kecil sebagai jaringan penunjang dan stabilisator ambing, namun kulit
ini sangat besar peranan sebagai jaringan pelindung bagian dalam ambing dari
luka dan bakteri.
Ligamen suspensori lateral. Ligamen suspensori lateral merupakan salah satu
jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini sangat berserabut, tidak
lentur (non-elastis), dan berasal dari perluasan otot atas dan belakang ke
ambing. Ligamen suspensori lateral membesar sepanjang kedua sisi ambing dan
bagian ujung jaringan masuk ke dalam ambing untuk menopang bagian dalam ambing.
Ligamen suspensori lateral membesar ke bagian tengah dasar ambing dimana
jaringan bergabung dengan ligamen suspensori median.
LIGAMEN SUSPENSORI MEDIAN
Jaringan ikat ini juga merupakan jaringan penunjang
utama ambing. Jaringan disusun dari jaringan lentur (elastik) yang
timbul dari tengah dinding perut dan membesar di tengah ambing yang menyatukan
ligamen suspensori lateral di dasar ambing. Kelenturan ligamen suspensori
median berguna agar ambing dapat membesar bila berisi susu.
b. Sistem Pembuluh Darah.
Darah yang mengandun O2 meninggalkan
jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih
kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri : arteri pudenda
externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut
melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri masuk
ke dalam ambing. Pada saat masuk ke dalam ambing keduanya berubah menjadi arteria
mammaria yang segera bercabang menjadi arteria mammaria cranialis dan caudalis.
Kedua cabang ini bercabang-cabang lagi menjadi arteria yang lebih kecil,
kemudian membentuk kapiler yang memberi darah ke sel-sel ambing.
Venula yang berasal dari kapiler-kapiler dan saling
beranastomosa membentuk vena yang menampung darah dari ambing. Pada bagian
atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena. Pada tempat ini darah
meninggalkan ambing melalui tiga jalan, yaitu :
§
Jalan
utama pertama tediri atas dua buah vena pudenda externa yang sejajar
dengan arteria pudenda externa berjalan melaluicanalis
inguinalis dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava yang
membawa darah ke jantung.
§
Jalan
utama kedua terdiri atas dua buah vena yaitu : vena abdominalis atau vena
mammae kanan dan kiri yang terdapat pada tepi anterior dari ambing.
Kedua vena ini berjalan di sepanjang dinding ventral perut berada langsung di
bawah kulit. Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis pada
sumber susu dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava anterior ke
dalam jantung.
§
Jalan
ketiga yaitu vena perinealis, walaupun kecil merupakan jalan masuk
ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis.
c. Sistem Saluran Ambing
Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran
alir yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar.
§ Puting
Puting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak
memiliki kelenjar keringat. Pada dasar puting terdapat saluran pengeluaran
tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran pengeluaran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan serta akan
menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.
§ Sisterne Kelenjar
Sisterne puting terletak tepat setelah saluran
pengeluaran bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing. Sisterne
kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan
dari jaringan sekretori. Umumnya sisterne kelenjar berisi 1 pint (473,18 cc)
susu yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi.
§ Saluran Ambing
Percabangan sisterne ambing ada 12 sampai 50 atau
lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirnya membentuk
duktul terminal yang mengalir ke tiap alveolus.
§ Alveoli
Alveoli dan duktul terminal terdiri dari lapisan
tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan
mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam
keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi
lobuli, dan beberapa lobuli bersatu menjadi lobus.
E. STUKTUR
LIMPA
Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
berhubungan erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Limpa termasuk salah satu organ sistem
limfoid, selain timus, tonsil, dan kelenjar limfe. Sistem limfoid berfungsi
untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat
zat asing. Sel-sel pada sistem ini dikenal dengan sel imunokompeten yaitu sel
yang mampu membedakan sel tubuh dengan zat asing dan menyelenggarakan inaktivasi
atau perusakan benda-benda asing.
ANATOMI DAN FUNGSI
Limpa
merupakan organ limfoid terbesar dan terletak
di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung. Secara anatomis, tepi limpa yang
normal berbentuk pipih. Fungsi limpa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi eritrosit, tempat cadangan darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah.
Limpa dibungkus oleh kapsula, yang terdiri atas
dua lapisan, yaitu satu lapisan jaringan penyokong yang tebal dan satu
lapisan otot halus. Perpanjangan kapsula ke dalam
parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri, vena, saraf, dan pembuluh limfe. Parenkim limpa disebut pulpa
yang terdiri atas pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah berwarna merah gelap
pada potongan limpa segar. Pulpa merah terdiri atas sinusoid limpa. Pulpa putih
tersebar dalam pulpa merah, berbentuk oval dan
berwarna putih kelabu. Pulpa putih terdiri atas pariarteriolar
limphoid sheats (PALS), folikel limfoid, dan zona marginal.
Folikel limfoid umumnya tersusun atas sel limfosit B, makrofaga, dan sel debri.
F. STRUKTUR
GINJAL
Ginjal adalah organ ber
vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah cardiac output.
Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam fetus
sejak usia 35 minggu kehamilan.1 Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian
yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang
berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan
cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal normal ditandai dengan 3 hal
pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus, reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi
dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan nonorganik tubulus
Pada umumnya jumlah
ginjal sepasang (dua buah) yang terdapat di dalam rongga perut, mempunyai
bentuk menyerupai kacang buncis dengan hilus renalis yakni tempat masuknya
pembuluh darah dan keluarnya ureter, mempunyai permukaan yang rata, kecuali
pada sapi ginjalnya berlobus. Selubung ginjal (Ren) disebut kapsula ginjal,
tersusun dari campuran jaringan ikat yakni serabut kolagen dan beberapa serabut
elastis.
FUNGSI GINJAL
1. Membuang
sisa hasil metabolisme dengan cara menyaring dari darah berupa air seni (urin)
2. Mengatur
kadar air, elektrolit tertentu serta berbagai bahan lain dari darah
3. Membuang
bahan yang berlebihan atau tidak lagi dibutuhkan tubuh
4. Sebagai
kelenjar endokrin (sel juksta-glomeruli dan makula densa) yang mengatur
hemodinamika serta tekanan darah dengan menghasilhan zat renin.
5. Fungsi
ginjal erat hubungannya dengan paru-paru dan kulit dalam mempertahankan volume
dan komposisi darah terhadap beberapa zat tertentu. Pada darah zat tersebut
mempunyai nilai ambang yang konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat
tersebut dibuang melalui ginjal, paru-paru, maupun kulit.
ANATOMI DAN HISTOLOGI GINJAL
Struktur histologi ginjal
pada berbagai jenis hewan piara tidak sama, sehingga bentuk ginjal dibedakan
menjadi:
§ Unilober atau unipiramidal
Pada kelinci dan kucing mempunyai struktur histologi sama,
yakni tidak dijumpai adanya percabangan pada kalik renalis, papila renalis
turun ke dalam pelvis renalis, dan duktus papilaris bermuara pada kalik. Pada
kuda, domba, kambing, dan anjing terjadi peleburan dari beberapa lobus,
sehingga terbentuk papila renalis tunggal yang tersusun longitudinal.
§ Multilober atau multipiramidal
Bentuk ini dijumpai pada babi, sapi, dan kerbau. Lobus
(piramid) dan papila renalis lebih dari satu jelas terlihat.
§ Sinus renalis
Disusun
atas :
1. Pelvis renal, dibentuk oleh kalik
mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang melebar.
2. Arteri, vena dan nervus.
3. Lemak dengan jumlah sedikit dan
tidak dijumpai jaringan konektif.
Ginjal
pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar ) dan Medulla
(dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut
piramid medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid
tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal
yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie)
yang sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini
dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi.
§ Renal Korpuskula
Renal korpuskula terdiri atas berkas
kapiler glomeruli dan glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula berupa epithel
yang berdinding ganda disebut : Kapsula Bowman.
Dinding
sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang disebelah luar disebut
lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding
kapiler.
§ Tubulus Konvulatus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari
tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60. Tubulus konvulatus
proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi
oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai
mikrovilli. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush
Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.
§ Tubulus Konvulatus Distalis
Perbedaan
struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara lain : Sel
epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang
pada tempat yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus
distalis : Sel epithel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border,
kurang asidofil, lebih banyak epithel pada potongan melintang
Sepanjang
perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler
badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan
eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi
bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada
mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan dekatnya dengan inti disebut
: Makula dense.
Fungsi Makula
dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah
sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Enzim
renin mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin
mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan
tekanan darah menjadi naik.
§ Tubulus kolektivus
Tubulus
kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis
dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan
mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 dengan panjang 20-22 mm. Lumennya
dilapisi epithel kubis
selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi
bentuk silindris dengan diameter 200, panjangnya mencapai 30-38 mm.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat bagian terpisah.
Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang
berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan
belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas.
Bagian ambing terdiri atas:
a. Eksternal
Ambing
b. Internal
Ambing
Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan
anaknya setelah lahir.
2. Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
berhubungan erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Limpa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak di bagian depan dan
dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung.
3. Ginjal adalah organ kompleks yang
bertugas untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam
basa, dan ekskresi produk sisa nitrogen. Pemeriksaan fungsi ginjal memerlukan
pemahaman cara bekerjanya.
Fungsi Ginjal adalah mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh, elektrolit, asam baasa, mengatur tekanan darah, sebagai
Eritrhopoetic System.
DAFTAR PUSTAKA
Junquereira
LC, Carneiro J. 1982. Histologi Dasar. Ed ke-3. Dharma A, penerjemah. Jakarta:
EGC. Terjemahan dari: Basic Histology. Hlm 287-308, 323-335.
Geneser F.
1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Gunawijaya AF, penerjemah. Jakarta: Binarupa
Aksara. Terjemahan dari: Textbook of Histology.
Ward JM, Mann PC, Morishima H,
Frith CH. 1999. Thymus, Spleen, and Lymph
Nodes. Di dalam: Maronpot RR, GA
Boorman, BW Gaul, Editor. Pathology of the
Mouse Reference and Atlas. Vienna:
Cache River Press. Hlm 333-357
Valli VEO, Parry BW. 1993. The
Hematopietic System. Di dalam: Jubb KVF, Kennedy
PC, Palmer N, Editor. Pathology of
Domestic Animals Volume 3. Ed ke-4. California:
Academic Press. Hlm 234-236.
Syarief, M.Z.
dan R.M. Sumoprastowo. 1990.
Ternak Perah. CV Yasaguna. Jakarta.
Frandson, R.D. 1992.
Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Blakely, J dan Bade, DH. 1995. Ilmu
Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Soebronto, A. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar