Minggu, 31 Mei 2015


 

LAPORAN

STRUKTUR TUBUH DAN FUNGSI AMBING, LIMPA, GINJAL

PADA HEWAN SAPI

 

 


 

PEMBIMBING :

Bapak Urip Santoso

 

OLEH     :

 

     YANUAR RAMADHAN

 

 

AGRIBISNIS SAPI PERAH Batch II

PT. ULTRA JAYA MILK TRADING COMPANY, Tbk. JOINT PROGAM PPPPTK PERTANIAN CIANJUR DAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER

2014/2015

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya, kami bisa menyusun laporan ini.

Ucapan terimakasih tentulah tak lupa kami ucapkan kepada pihak –pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini.

Ucapan terimakasih khususnya kami sampaikan kepada:

1.      Bapak  Bapak Urip Santoso selaku dosen pembimbing mata kuliah Biologi Terapan.

2.      Orangtua yang selalu memberi dukungan material maupun spiritual.

3.      Rekan-rekan seperjuangan selaku pemberi motivasi dan semangat.

Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk diri kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………………………..... i

KATA PENGANTAR  ……………………………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI  ………………………………………………………………………………………………………… iii

BAB I. PENDAHULUAN  …………………………………………………………………………………….…. 1

A.      LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1

B.      TUJUAN ......................................................................................................... 2

C.      MANFAAT ...................................................................................................... 2

BAB II. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................... 3

A.   STRUKTUR AMBING ........................................................................................ 3

B.   STRUKTUR LIMPA ............................................................................................ 6

C.   STRUKTUR GINJAL ........................................................................................... 7

 

BAB III PENUTUP  ……………………………………………………………………………………………... 11

A.      KESIMPULAN ............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.      LATAR BELAKANG

 Kelenjar mamae merupakan modifikasi kelenjar sudoriferosa. Kelenjar tersebut berkembang di sepanjang garis susu. Kulit ambing ditutupi rambut halus, tetapi puting sama sekali tidak tertutup rambut. Pemisahan ambing menjadi dua bagian kearah ventral ditandai dengan adanya kerutan longitudinal pada lekukan intermamae. Ambing sapi dapat menentukan kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.

Ambing terdiri atas dua bagian yaitu bagian sebelah kanan dan bagian sebelah kiri yang dipisahkan oleh selaput pemisah yang tebal dan terletak memanjang badan sapi dan membantu melekatkannya ambing pada tempatnya. Bagian ambing dibagi atas kuartir depan dan kuartir belakang yang dibatasi oleh jaringan pengikat yang tipis dan tiap perempatan ambing itu mempunyai saluran tempat keluarnya air susu yang disebut puting, rongga puting melebar ke arah rongga ambing (udder sistern). Dua kuartir depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir ambing bagian belakang dan antara kuartir itu bebas satu dengan yang lainnya. Ambing sapi di bagian luar terbungkus oleh dinding luar yang disebut ligamentum suspensorium lateralis sedangkan di bagian dalam ambing terpisah menjadi bagian kanan dan kiri oleh suatu selaput pemisah tebal yang berjalan longitudinal dan menjulur ke atas bertaut pada dinding perut yang disebut ligamentum suspensorium medialis. Fine membrane merupakan membran diantara keempat bagian kuartir ambing. Inter mammary groove terbentuk saat ligamentum suspensorium lateralis bertemu dengan ligamentum suspensorium medialis.

Limpa adalah struktur terbesar dalam sistem limfoid, limpa adalah organ seperti kelenjar yang terletak di perut kiri atas. Organ ini berfungsi sebagai reservoir darah, memproduksi limfosit dan sel plasma, dan  berfungsi sebagai “filter” untuk darah yang rusak dengan menghapus sel darah merah dari peredaran.

Ginjal adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah cardiac output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam fetus sejak usia 35 minggu kehamilan.1 Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus

 

B.      TUJUAN

Untuk mengetahui struktur dari ambing, limpa, dan ginjal pada hewan sapi serta mengetahui fungsi dari masing-masing struktur.

C.      MANFAAT

§  Dapat mengetahui struktur ambing, limpa, dan ginjal pada hewan sapi.

§  Dapat mengetahui fungsi dari masing-masing struktur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

D.   STRUKTUR AMBING

1.        Anatomi Dan Fisiologi Ambing

Ambing merupakan karakteristik utama pada semua Mammalia. Ambing berasal dari kelenjar kulit dan dikelompokkan sebagi kelenjar eksokrin. Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir. Ambing ini tumbuh selama kebuntingan dan mulai mengeluarkan susu setelah beranak. Berbagai hormon yang menentukan reproduksi juga mengatur ambing. Karena itu, perkembangan ambing dan laktasi adalah bagian integral dari reproduksi.

2.        Eksternal Ambing

Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas. Jika dilihat dari samping, dasar ambing sebaiknya rata, membesar ke depan dan melekat kuat ke dinding tubuh perut. Pertautan pada bagian belakang sebaiknya tinggi dan lebar, dan tiap kuartir sebaiknya simetris. Gambaran eksternal ini memberi arti produktivitas seumur hidup dan merupakan kriteria penting yang digunakan untuk menilai sapi perah pada pameran ternak dan  penilaian klasifikasi bangsa.

Susu dari tiap kelenjar disalurkan ke luar melalui puting, puting susu berbentuk silindris atau kerucut yang berujung tumpul.  Puting susu belakang biasanya lebih pendek dibandingkan puting susu depan. Bila menggunakan mesin perah putting susu yang pendek lebih menguntungkan dibanding dengan yang panjang, karena milk-flow rate-nya lebih cepat, dengan perkataan lain sapi dengan puting panjang diperah lebih lama dari pada puting pendek. Sifat terpenting puting untuk pemerahan efisien adalah (1) ukuran sedang, (2) penempatan baik, dan (3) cukup tegangan pada otot spinkter sekitar lubang puting agar memudahkan pemerahan dan susu tidak menetes.

 

 

3.        Internal Ambing

Ambing terdiri dari rangkaian sistem berbagai struktur penunjang. Struktur penunjang ini adalah darah, limfe dan pasokan syaraf, sistem saluran untuk menyimpan dan mengangkut susu, serta unit epitel sekretori bakal alveoli.

a.    Jaringan Penunjang

Kulit Walaupun perananan kecil sebagai jaringan penunjang dan stabilisator ambing, namun kulit ini sangat besar peranan sebagai jaringan pelindung bagian dalam ambing dari luka dan bakteri.

Ligamen suspensori lateral. Ligamen suspensori lateral merupakan salah satu jaringan penunjang utama ambing. Jaringan ikat ini sangat berserabut, tidak lentur (non-elastis), dan berasal dari perluasan otot atas dan belakang ke ambing. Ligamen suspensori lateral membesar sepanjang kedua sisi ambing dan bagian ujung jaringan masuk ke dalam ambing untuk menopang bagian dalam ambing. Ligamen suspensori lateral membesar ke bagian tengah dasar ambing dimana jaringan bergabung dengan ligamen suspensori median.

LIGAMEN SUSPENSORI MEDIAN

Jaringan ikat ini juga merupakan jaringan penunjang utama ambing. Jaringan  disusun dari jaringan lentur (elastik) yang timbul dari tengah dinding perut dan membesar di tengah ambing yang menyatukan ligamen suspensori lateral di dasar ambing. Kelenturan ligamen suspensori median berguna agar ambing dapat membesar bila berisi susu.

b.    Sistem Pembuluh Darah.

Darah yang mengandun O2 meninggalkan jantung melalui aorta dan kemudian melalui cabang-cabang arteri yang lebih kecil darah dibawa ke ambing melalui dua buah arteri : arteri pudenda externa (kanan dan kiri). Kedua arteri ini menembus dinding perut melalui canalis inguinalis masing-masing kanan dan kiri masuk ke dalam ambing. Pada saat masuk ke dalam ambing keduanya berubah menjadi arteria mammaria yang segera bercabang menjadi arteria mammaria cranialis dan caudalis. Kedua cabang ini bercabang-cabang lagi menjadi arteria yang lebih kecil, kemudian membentuk kapiler yang memberi darah ke sel-sel ambing.

Venula yang berasal dari kapiler-kapiler dan saling beranastomosa membentuk vena yang menampung darah dari ambing. Pada bagian atas/puncak ambing vena membentuk lingkaran vena. Pada tempat ini darah meninggalkan ambing melalui tiga jalan, yaitu :

§  Jalan utama pertama tediri atas dua buah vena pudenda externa yang sejajar dengan arteria pudenda externa berjalan melaluicanalis inguinalis dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava yang membawa darah ke jantung.

§  Jalan utama kedua terdiri atas dua buah vena yaitu : vena abdominalis atau vena mammae kanan dan kiri yang terdapat pada tepi anterior dari ambing. Kedua vena ini berjalan di sepanjang dinding ventral perut berada langsung di bawah kulit. Vena ini masuk ke dalam cavum thoracis pada sumber susu dan akhirnya menggabungkan diri dengan vena cava anterior ke dalam jantung.

§  Jalan ketiga yaitu vena perinealis, walaupun kecil merupakan jalan masuk ke dalam tubuh dari ambing melalui velvis.

c.    Sistem Saluran Ambing

Sistem saluran ambing terdiri atas serangkaian saluran alir yang berawal pada alveoli dan berakhir pada saluran keluar.

§  Puting

Puting tertutup oleh kulit tak berambut yang tidak memiliki kelenjar keringat. Pada dasar puting terdapat saluran pengeluaran tempat susu mengalir ke luar. Panjang saluran pengeluaran biasanya 8-12 mm dan merupakan garis dengan sel yang membentuk serangkaian lipatan serta akan menutup saluran pengeluaran selama selang pemerahan.

§  Sisterne Kelenjar

Sisterne puting terletak tepat setelah saluran pengeluaran bersatu dengan sisterne kelenjar pada dasar ambing. Sisterne kelenjar berfungsi sebagai ruang penyimpanan terbatas karena menerima tetesan dari jaringan sekretori. Umumnya sisterne kelenjar berisi 1 pint (473,18 cc) susu yang kemampuan nyatanya berbeda pada tiap-tiap sapi.

§  Saluran Ambing

Percabangan sisterne ambing ada 12 sampai 50 atau lebih saluran, yang kembali bercabang beberapa kali dan akhirnya membentuk duktul terminal yang mengalir ke tiap alveolus.

§  Alveoli

Alveoli dan duktul terminal terdiri dari lapisan tunggal sel epitel. Fungsi sel-sel ini memindahkan makanan dari darah dan mengubah menjadi susu serta mengeluarkan susu ini ke dalam tiap alveolus. Dalam keadaan berkembang penuh saat laktasi, beberapa alveoli berkelompok menjadi lobuli, dan beberapa lobuli bersatu menjadi lobus.

 

E.    STUKTUR LIMPA


Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Limpa termasuk salah satu organ sistem limfoid, selain timustonsil, dan kelenjar limfe. Sistem limfoid berfungsi untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing. Sel-sel pada sistem ini dikenal dengan sel imunokompeten yaitu sel yang mampu membedakan sel tubuh dengan zat asing dan menyelenggarakan inaktivasi atau perusakan benda-benda asing.

ANATOMI DAN FUNGSI

Limpa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung. Secara anatomis, tepi limpa yang normal berbentuk pipih. Fungsi limpa yaitu mengakumulasi limfosit dan makrofaga, degradasi eritrosit, tempat cadangan darah, dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel asing yang masuk ke dalam darah.

Limpa dibungkus oleh kapsula, yang terdiri atas dua lapisan, yaitu satu lapisan jaringan penyokong yang tebal dan satu lapisan otot halus. Perpanjangan kapsula ke dalam parenkim limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arterivenasaraf, dan pembuluh limfe. Parenkim limpa disebut pulpa yang terdiri atas pulpa merah dan pulpa putih. Pulpa merah berwarna merah gelap pada potongan limpa segar. Pulpa merah terdiri atas sinusoid limpa. Pulpa putih tersebar dalam pulpa merah, berbentuk oval dan berwarna putih kelabu. Pulpa putih terdiri atas pariarteriolar limphoid sheats (PALS), folikel limfoid, dan zona marginal. Folikel limfoid umumnya tersusun atas sel limfosit B, makrofaga, dan sel debri.

 

F.    STRUKTUR GINJAL

 


 

Ginjal adalah organ ber vaskularisasi tinggi yang menerima kurang lebih 25 % darah cardiac output. Masing-masing ginjal mengandung 1 juta nefron, yang berkembang dalam fetus sejak usia 35 minggu kehamilan.1 Masing-masing nefron terbentuk atas 2 bagian yaitu glomerulus yang terdiri dari bundel kapiler berdinding tipis yang berfungsi sebagai filter, dan sebuah tubulus yang berfungsi untuk mengalirkan cairan ultrafiltrat dari glomerulus. Fungsi ginjal normal ditandai dengan 3 hal pokok yaitu: ultrafiltrasi glomerulus, reabsorpsi air dan solut yang difiltrasi dalam tubulus, serta sekresi ion-ion organik dan nonorganik tubulus

Pada umumnya jumlah ginjal sepasang (dua buah) yang terdapat di dalam rongga perut, mempunyai bentuk menyerupai kacang buncis dengan hilus renalis yakni tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter, mempunyai permukaan yang rata, kecuali pada sapi ginjalnya berlobus. Selubung ginjal (Ren) disebut kapsula ginjal, tersusun dari campuran jaringan ikat yakni serabut kolagen dan beberapa serabut elastis.

 

FUNGSI GINJAL

1. Membuang sisa hasil metabolisme dengan cara menyaring dari darah berupa air seni (urin)

2. Mengatur kadar air, elektrolit tertentu serta berbagai bahan lain dari darah

3. Membuang bahan yang berlebihan atau tidak lagi dibutuhkan tubuh

4. Sebagai kelenjar endokrin (sel juksta-glomeruli dan makula densa) yang mengatur hemodinamika serta tekanan darah dengan menghasilhan zat renin.

5. Fungsi ginjal erat hubungannya dengan paru-paru dan kulit dalam mempertahankan volume dan komposisi darah terhadap beberapa zat tertentu. Pada darah zat tersebut mempunyai nilai ambang yang konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat tersebut dibuang melalui ginjal, paru-paru, maupun kulit.

 

 

ANATOMI DAN HISTOLOGI GINJAL

Struktur histologi ginjal pada berbagai jenis hewan piara tidak sama, sehingga bentuk ginjal dibedakan menjadi:

§  Unilober atau unipiramidal

Pada kelinci dan kucing mempunyai struktur histologi sama, yakni tidak dijumpai adanya percabangan pada kalik renalis, papila renalis turun ke dalam pelvis renalis, dan duktus papilaris bermuara pada kalik. Pada kuda, domba, kambing, dan anjing terjadi peleburan dari beberapa lobus, sehingga terbentuk papila renalis tunggal yang tersusun longitudinal.

§  Multilober atau multipiramidal

Bentuk ini dijumpai pada babi, sapi, dan kerbau. Lobus (piramid) dan papila renalis lebih dari satu jelas terlihat.

§  Sinus renalis

Disusun atas :

1. Pelvis renal, dibentuk oleh kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang melebar.

2. Arteri, vena dan nervus.

3. Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.

Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua daerah, yaitu : Kortek (luar ) dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi piramid yang juga disebut piramid medula hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortek diantara piramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak merah yang kecil (petikhie) yang sebenarnya merupakan kumpulan vaskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal korpuskle atau badan malphigi.

§  Renal Korpuskula

Renal korpuskula terdiri atas berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut : Kapsula Bowman.

Dinding sebelah dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding kapiler.

§  Tubulus Konvulatus Prokimalis

Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60. Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.

§  Tubulus Konvulatus Distalis

Perbedaan struktur histologi dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara lain : Sel epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada potongan melintang

Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.

Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Enzim renin mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.

§  Tubulus kolektivus

Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter 200, panjangnya mencapai 30-38 mm.

 

BAB III

PENUTUP

 

A.   KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1.      Ambing/kelenjar susu sapi terdiri dari empat bagian terpisah. Bagian kiri dan kanan terpisah jelas, bagian ini dipisahkan oleh sulcus yang berjalan longitudinal yang disebut sulcus intermammaria. Kuartir depan dan belakang jarang memperlihatkan batas yang jelas.

Bagian ambing terdiri atas:

a.      Eksternal Ambing

b.      Internal Ambing

Ambing berfungsi mengeluarkan susu untuk makanan anaknya setelah lahir.

2.      Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan erat dengan sistem sirkulasi dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Limpa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak di bagian depan dan dekat punggung rongga perut di antara diafragma dan lambung.

3.      Ginjal adalah organ kompleks yang bertugas untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, keseimbangan asam basa, dan ekskresi produk sisa nitrogen. Pemeriksaan fungsi ginjal memerlukan pemahaman cara bekerjanya.

Fungsi Ginjal adalah mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh, elektrolit, asam baasa, mengatur tekanan darah, sebagai Eritrhopoetic System.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Junquereira LC, Carneiro J. 1982. Histologi Dasar. Ed ke-3. Dharma A, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Basic Histology. Hlm 287-308, 323-335.

Geneser F. 1994. Buku Teks Histologi Jilid 2. Gunawijaya AF, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Textbook of Histology.

Ward JM, Mann PC, Morishima H, Frith CH. 1999. Thymus, Spleen, and Lymph

Nodes. Di dalam: Maronpot RR, GA Boorman, BW Gaul, Editor. Pathology of the

Mouse Reference and Atlas. Vienna: Cache River Press. Hlm 333-357

Valli VEO, Parry BW. 1993. The Hematopietic System. Di dalam: Jubb KVF, Kennedy

PC, Palmer N, Editor. Pathology of Domestic Animals Volume 3. Ed ke-4. California:

Academic Press. Hlm 234-236.

Syarief, M.Z. dan R.M. Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. CV Yasaguna. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Blakely, J dan Bade, DH. 1995. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Soebronto, A. 1985. Ilmu Penyakit Ternak I. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar