Jumat, 05 Juni 2015


Penyakit Pada sapi Perah

Oleh : yanuar Ramadhan

 

 

SEPTICHAEMIA EPIZOOTICA ( SE )

Nama lain : Penyakit Ngorok, Septicemia Hemorrhagica, Hemorrhagic Septicemia, Barbone.

Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau. Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas. Penyebab Penyakit SE disebabkan oleh kuman Pasteurella multocida.

Penularan
Infeksi berlangsung melalui saluran pencernaan dan pernapasan. Cekaman pada ternak merupakan predisposisi untuk terjangkitnya penyakit. Sapi atau kerbau yang terlalu bayak dipekerjakan, pemberian pakan yang berkualitas rendah, kandang yang penuh dan berdesakan, kondisi pengangkutan yang melelahkan, kedinginan dan keadaan anemia dapat memicu terjadinya infeksi

 

1.      PENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK)
Nama lain: Apthae Epizootica (AE), Foot and Mouth Diseases (FMD) Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah suatu penyakit yang sangat menular pada hewan berkuku belah. Angka mortalitas (kematian) akibat serangan penyakit ini rendah, namun kerugian yang timbul akibat serangan penyakit sangat besar karena terjadi penurunan berat badan, penurunan produksi susu, kehilangan tenaga kerja, hambatan pertumbuhan dan hambatan
lalu lintas ternak.
a. Penyebab
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan digolongkan ke dalam jenis entero virus dari keluarga Picornaviridae. Virus ini dibagi menjadi 7 tipe yang berbeda, yaitu: O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asi 1. Virus ini labil terhadap asam dan basa serta sensitif terhadap panas.
b. Penularan
Penularan virus PMK dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung yaitu melalui kontak dengan penderita, sekresi,ekskresi atau hasil hasil ternak seperti air susu, semen/ sperma yang dibekukan dan daging. Penularan secara tidak langsung yaitu melalui bahan bahan ( makanan, minuman dan peralatan kandang) yang tercemar virus. Selain itu penularan dapat melalui udara. Udara yang terinfeksi dapat tahan sampai beberapa jam di dalam kondisi yang cocok, terutama bila kelembaban lebih dari 70 % dan dalam suhu rendah. Udara yang tercemar virus dapat terbawa angin sampai sejauh 250 Km.
Petugas teknis atau paramedis harus berhati-hati agar tidak menyebarkan penyakit seusai menangani kasus. Setelah hewan sembuh virus PMK dapat tetap tinggal di kerongkongan selama 2 tahun.


2.      PARASIT CACING FASCIOLASIS
Nama lain : Distomatosis, Cacing Hati
Penyakit cacing ini bersifat kronis pada sapi/ kerbau dan bersifat akut pada kambing dan domba. Cacing ini berada dalam saluran empedu atau usus yang menyebabkan kerusakan hati. Kerbau yang memiliki kebiasaan berendam dalam kubangan berpeluang besar untuk terkena infeksi cacing ini.
Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit adalah: kerusakan hati yang akan menyebabkan kematian, penurunan berat badan, pertumbuhanterganggu, penurunan tenaga kerja dan penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang oleh penyakit lain.
a.  Penyebab
Penyakit disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica dan Fasciola hepatica, yang hidup di dalam saluran empedu. Bentuknya seperti daun sehingga disebut juga cacing daun
b. Penularan
Cara penularan Fasciola melalui induk semang perantara yaitu siput genus Limnea. Cacing bertelur dalam saluran empedu ternak dan dibawa oleh cairan empedu masuk kedalam usus yang kemudian akan keluar bersama tinja. Bila cuaca cocok, maka telur akan memetas dan mengasilkan larva stadium pertama atau mirasidium dalam waktu 9 hari.
Mirasidium berenang di air dengan menggunakan silia yang menutupi tubuhnya. Bila bertemu dengan siput genus Limnea, mirasidium menembus jaringan siput membentuk sporosis. Pada stadium lebih lanjut, setiap sporosis akan terbentuk menjadi 5 – 8 buah redia yang selanjurnya akan membentuk serkaria dan kemudian diikuti oleh stadium akhir metaserkaria yang infektif. Ternak (sapi, kerbau, kambing dan domba) akan terinfeksi oleh penyakit ini apabila makan rumput yang mengandung metaserkaria.
Setelah metaserkaria termakan oleh ternak, akan menembus dinding usus dan tinggal dalam hati yang akan berkembang selama 5 – 6 minggu. Dalam tahap akhir larva cacing akan memasuki saluran empedu untuk tumbuh menjadi dewasa.

4.  NEMATODOSIS ALAT PENCERNAAN
Nematodosis adalah penyakit yang timbul akibat adanya investasi oleh cacing gilik atau Nematoda. Cacing ini berada dalam alat percernaan (gastrointestinal) dan merampas sari makanan yang dibutuhkan oleh induk semang (hospes), menghisap darah dan cairan tubuh, serta memakan jaringan tubuh. Disamping itu berbagai reaksi tubuh dapat pula timbul akibat toksin (racun) yang dihasilkan oleh cacing ini.
Gangguan gangguan yang timbul akibat investasi cacing Nematoda umumnya tidak menyebabkan kematian, namun ternak menjadi kurus,pertumbuhannya terhambat, dan kondisi tubuhnya terganggu sehingga memudahkan timbulnya penyakit lain.
a. Penyebab
Sampai saat ini telah diketahui meliputi kurang lebih 50 jenis, namun beberapa jenis saja yang mempunyai arti ekonomi yang penting antara lain:
. Cacing gelang
. Ascaris vitulorum (Neoascaris vitulorum, Toxocara vitulorum),
cacing ini hidup didalam usus halus. Infeksi karena cacing ini
sering terjadi menjelang kelahiran pedet. Infeksi yang terjadi pada
pedet sangat serius, sedangkan untuk sapi yang tua lebih tahan
terhadap infeksi.
. Cacing bungkul
. Oesophagostomum spp.
Larva cacing ini membentuk bungkul di usus halus dan usus besar, tetapi bentuk dewasa hanya terdapat diusus besar.
. Cacing kait.
. Bunostomum spp.
. Agriostomum spp.
Cacing kait ini menyerang usus halus sapi, domba dan kambing. Pada sapi disebabkan oleh B. phblebotomum.
. Cacing lambung
. Haemonchus spp.
 . Micistocirrus spp.
Yang paling dikenal adalah Haemonchus contortus, menyerang sapi, kambing dan domba. Cacing ini dijumpai di abomasum. Oleh karena itu sering disebut sebagai cacing lambung.
. Cacing rambut
. Trichostrongylus spp.
. Cooperia spp.
. Ostertagia spp.
. Nematodirus spp.
Cacing ini dijumpai di usus halus, kecuali Trichostronylus axei dijumpai di lambung.
b. Penularan
Pada umumnya penularan melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh telur atau larva cacing yang infektif. Ada juga penularan melalui penembusan kulit oleh larva (misalnya: Bunostomum sp.)
 Cacing kait
. Cacing ini menempel pada dinding usus sangat kuat dengan gigi gigi
yang tajam serta memakan jaringan serta mengisap darah sehingga
timbul anemia.
. Nafsu makan turun, kurus, kulit kasar dan bulu kusam.
. Kadang kadang ditemukan busung di bawah rahang (bottle jaw).
. Diare berwarna coklat tua dan tinjanya lunak.
. Cacing lambung
. Karena cacing ini berlokasi di
lambung, maka gejala gejala
diare jarang terjadi.
. Busung di bawah rahang bawah
(bottle jaw).
. Cacing rambut
. Kurus.
. Diare berwarna hijau kehitaman.

5. THELAZIA ( CACING MATA )
Penyakit Thelazia adalah penyakit cacing mata yang menyerang ternak (sapi, kerbau, kuda, kambing dan domba). Penyakit Thelazia dapat dijumpai sepanjang tahun, tetapi kasus penyakit ini terbanyak dijumpai pada musim hujan, khususnya pada awal musim hujan, dimana lalat rumah jumlahnya melipat.
Kerugian akibat penyakit cacing mata antara lain: adanya gangguan pertumbuhan badan penurunan berat badan dan yang lebih fatal adalah kebutaan yang akhirnya bisa berakibat kematian pada ternak.
a. Penyebab
Penyebab penyakit cacing mata ini adalah: sejenis cacing Spirurida dari golongan Thelazia yaitu: Thelazia bulusa, Thelazia lacrimalis dan Thelazia alfortensis yang terdapat dipermukaan conjunctiva mata.
 b. Penularan
Penyakit ini ditularkan dengan perantaran lalat rumah (Musca domestica) melalui kaki kaki lalat tersebut yang mengenai air mata ternak yang menderita penyakit, kemudian ditularkan kepada ternak lainnya pada saat lalat hinggap didekat mata

6. BLOAT
Nama lain: Kembung perut, Timpani ruminal, Tympanitis, Hoven, Meteorism
Bloat/ kembung perut merupakan bentuk penyakit/ kelainan alat pencernaan yang bersifat akut, yang disertai penimbunan gas di dalam lambung ternak ruminansia. Penyakit kembung perut pada sapi lebih banyak terjadi pada sapi perah dibandingkan dengan sapi pedaging atau sapi pekerja.
a.  Penyebab
Bloat/ kembung perut dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
Faktor makanan/ pakan:
• Pemberian hijauan Leguminosa yang berlebihan.
• Tanaman/ hijauan yang terlalu muda.
• Biji bijian yang digiling sampai halus.
• Imbangan antara pakan hijauan dan konsentrat yang tidak seimbang (konsentrat lebih banyak).
• Hijauan yang terlalu banyak dipupuk dengan Urea.
• Hijauan yang dipanen sebelum berbunga (terlalu muda) atau sesudah turunnya hujan terutama pada daerah yang sebelumnya
kekurangan air.
• Makanan yang rusak/ busuk/ berjamur.
• Rumput/ hijauan yang terkena embun atau terkena air hujan.
Faktor ternak itu sendiri
.. Faktor keturunan.
.. Tingkat kepekaan dari masing masing ternak.
.. Ternak bunting yang kondisinya menurun.
.. Ternak yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan.
.. Ternak yang kurang darah (anemia).
.. Kelemahan tubuh secara umum.
b. Penularan
Penyakit ini tidak menular.
7. Leptospirosis
Description: http://blog.ub.ac.id/ranyoomi/files/2012/12/leptospirosis-1-300x191.jpg
Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam 
ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya. Hewan yang terinfeksi akan menularkan bakteri dalam urinenya yang bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Kuman Leptospira dapat memasuki tubuh lewat luka atau kerusakan kulit lainnya atau melalui selaput lendir (seperti bagian dalam mulut dan hidung).Setelah melewati barrier kulit, bakteri memasuki aliran darah dan dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh. Infeksi menyebabkan kerusakan pada lapisan dalam pembuluh darah. Hati, ginjal, jantung, paru-paru, sistem saraf pusat dan dapat juga mempengaruhi mata. Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira spp. Penyakit ini mempunyai arti penting ditinjau dari segi ekonomi peternakan dan kesehatan masyarakat. Bakteri Leptospira peka terhadap asam, tahan hidup di dalam air tawar selama satu bulan tetapi mudah mati dalam air laut, air selokan dan air kencing yang pekat. Kejadian leptospirosis di Indonesia telah dilaporkan sejak jaman Hindia Belanda dan secara epidemiologi telah dilaporkan diberbagai tempat di Jawa dan Bali. Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis dan menyerang hampir setiap hewan menyusui. Beberapa macam serovar telah ditetapkan yaitu serovar harjo, bataviae, javanica, semarangga, djasman, sentot dan paidjan. Infeksi pada sapi yang paling sering terjadi disebabkan oleh serovar harjo, sedangkan serovar pomona merupakan serovar yang paling banyak menyebabkan infeksi akut. Penularan penyakit melalui kulit yang luka atau lewat selaput lendir mata, hidung dan saluran pencernaan. Diagnosis leptospirosis dapat dilakukan dengan uji MAT (Microscopic Agglutination Test) dari plasma darah, air kencing dan berbagai organ. Isolasi bakteri dapat dilakukan dari spesimen hati dan ginjal hewan yang baru saja mati atau dari organ janin yang abortus (ginjal, paru dan cairan rongga dada). Diagnosis banding penyakit ini adalah anaplasmosis, babesiosis dan infeksi Clostridium hemoliticum (hemoglobinuria basiler). Pengobatan penyakit dengan beberapa jenis antibiotika harus segera dilakukan pada sapi yang terinfeksi untuk menghindari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar